Minimalkan Dekorasi dengan Plastik dan Styrofoam (Headline liputan Jawa Pos tentang JETSET EO)


Baru-baru ini, James Winner selaku Senior Event Manager dan Creative Division dari JETSET Event & Party Organizer masuk koran! Beliau diwawancarai perihal uniknya JETSET Event & Party Organizer sebagai sebuah EO yang mengusung tema go green dan green business. Oleh karena keunikan dan konsepnya yang nyeleneh di bidang event management, maka JETSET Event & Party Organizer pun akhirnya diliput oleh wartawan Jawa Pos dan artikelnya ditayangkan di harian tersebut.

Selamat atas penayangan James Winner yang menyematkan konsep go green pada JETSET Event & Party Organizer. Artikel ini dapat dibaca di harian Jawa Pos halaman utama pada bagian Metropolis yang diterbitkan hari Minggu, 11 Agustus 2013.

Untuk artikel lengkapnya, silakan klik link "Selengkapnya.." di bawah ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Minimalkan Dekorasi dengan Plastik dan Styrofoam
(James Winner kampanyekan Go Green lewat EO dan radio)

MULAI DARI DIRI SENDIRI: James membuat berbagai tulisan tentang lingkungan untuk menggugah masyarakat ikut menyelamatkan bumi. (sumber: Headline Metropolis Jawa Pos 11 Agustus 2013)


Beginilah cara James Winner mengampanyekan go green. Sebagai seorang penyiar radio dan pemilik EO (event organizer), dia selalu menyelipkan pesan cinta lingkungan pada setiap acara yang ditanganinya.

Siang itu, James baru saja pulang siaran dari salah satu radio swasta di Surabaya. Meski demikian, dia tetap bersemangat. Tidak terlihat lelah di wajahnya meski peluh membasahi kening.

Pria 28 tahun itu juga sigap naik turun tangga di ruko tiga lantai di daerah Kenjeran yang menjadi tempat tinggalnya. Langkah kakinya begitu gesit menapaki satu per satu anak tangga. Sesekali setengah berlari.

Di lantai paling atas James tinggal. Di tempat itu, dia selama ini bekerja. Membuat konsep acara bagi orang yang mempercayai dirinya sebagai EO (event organizer). Meski sebagai tempat kerja, kondisi ruangan yang terdiri atas dua kamar tidur dan ruang makan serta kamar mandi itu rapi. Tidak terlihat banyak tumpukan kertas atau buku. "Selama ini saya memang ingin menggunakan sesedikit mungkin kertas dalam bekerja," ungkap pria yang juga dikenal dengan nama James Winner tersebut.

Anak kedua di antara tiga bersaudara itu mengaku, dalam melakukan pekerjaan, dirinya lebih banyak menggunakan iPad. Bukan untuk pamer atau sok-sokan, gadget tersebut digunakan untuk menunjang keinginannya mewujudkan go green. James tidak ingin menggunakan terlalu banyak kertas. "Kami budayakan hemat kertas," ujar pria kelahiran Medan itu.

Karena budaya tersebut, saat bekerja, James tidak perlu menenteng kertas atau proposal ke mana-mana. Cukup dengan peranti elektronik, dia bisa menjalankan semua tugasnya. Mulai presentasi hingga membuat perjanjian kontrak. Dengan sistem itu pula, dia bisa dengan cepat memberikan salinan kesepakatan kepada klien. Tidak perlu membuat naskah lebih dulu, baru ditandatangani di hari berikutnya.

Bahkan, putra pasangan Selamat dan Lie Soek Mie itu tidak malu saat memakai kertas bekas dalam membuat rundown acara. Awalnya, ide nyeleneh James tersebut mendapat reaksi dari rekan kerjanya. Bahkan, ada yang menilai James terlalu irit. Namun, setelah mereka diberi pengertian tentang tujuannya untuk menyelamatkan bumi melalui gerakan go green, barulah mereka paham. Sekarang mereka justru mendukung James. Dengan senang hati dna tanpa rasa malu lagi, mereka menggunakan rundown dari kertas bekas. "Rundown-nya juga tidak perlu panjang-panjang hingga puluhan halaman. Cukup dua atau tiga," imbuhnya.

Untuk kartu nama, James juga tidak boros kertas. Alumnus Informatika ITS itu tidak menggunakan kartu nama mengkilap yang dilapisi plastik. Dia memilih menggunakan kartu nama yang kertasnya dari tatakan kuitansi. James sering memanfaatkan atau mendaur ulang kertas berwarna cokelat yang sudah tidak terpakai menjadi barang bermanfaat. Dia juga tidak boros menggunakan kertas tersebut. Itu terlihat dari ukuran kartu nama yang kecil. Cukup menuliskan nama, nomor telepon, dan nama perusahaan EO miliknya.

James juga bertekad mengurangi sampah dalam kehidupannya. Terutama sampah yang sulit terurai seperti plastik. Oleh karena itu, kantong angpao dalam suatu acara pernikahan atau ulang tahun, misalnya, dia tidak menempatkannya dalam plastik. Tapi, dia membuat tas dari bahan yang mudah dihancurkan. Para klien James paham soal itu, Mereka juga tidak protes saat menerima tas hasil desain James.

Meski tas itu juga tidak luput sebagai media mengampanyekan gerakan go green. Dengan tulisan We Are Going Green yang besar dan mencolok di tas hijau, James berharap makin banyak masyarakat yang sadar akan gerakan tersebut. Sebab, menurut dia, go green tidak hanya diwujudkan dalam penghijauan. Lebih dari itu, untuk bisa mewujudkannya, perlu gerakan bersama dari masyarakat. "Diawali dari diri sendiri dulu dengan memberi contoh konkret," tegas dia.



Demi menyukseskan misinya, James sering memberi advice kepada rekan kerja atau para klien untuk menggunakan bahan ramah lingkungan saat acara. Caranya meminimalkan bahan dari plastik dan styrofoam yang sulit didaur ulang. Bahkan, James juga menyebarikan "virus" go green tersebut kepada para tamu undangan dalam acara yang ditanganinya melalui bumper acara (opening) yang dibuatnya. Jika orang lain membuat bumper dengan memamerkan kesuksesan acara yang dikerjakan dengan orang-orang ternama, tidak demikian James.

Dia membuat bumper untuk mengedukasi orang yang melihatnya. Bumper yang berdurasi sekitar lima menit itu diawali dengan tulisan This is Our Mother Earth. Lalu, ada gambar gunung-gunung dan perbukitan nan hijau. Laut yang indah dan berbagai ikan lumba-lumba yang berenang dengan riang. Kutub yang tertutup es dengan berbagai hewan langka yang hidup tenang. Juga bunga-bunga yang bermekaran. "Tahap ini, intinya, kami ingin menunjukkan bahwa bumi itu indah," sambung dia.

Namun, keindahan itu lambat laun memudar dan hilang karena banyaknya penebangan hutan yang liar. Penangkapan ikan dengan bahan peledak hingga akhirnya terjadi bencana alam. Namun, di antara kekurangan tersebut, masih ada orang-orang yang peduli terhadap lingkungan. Mereka melakukan gerakan penghijauan, menanami kembali hutan yang gundul dan gersang.

Di luar acara, James juga terus memegang teguh prinsip go green-nya. Ketika menjadi peserta pameran, peranti yang digunakan tidak jauh dari bahan yang mudah didaur ulang. Yang utama adalah kertas. Misalnya, dalam sebuah pameran yang diikuti beberapa waktu lalu, dia mendesain stan dengan kertas bekas. Kertas yang warnanya sudah menguning itu dilepas satu per satu, lalu disusun pada kain secara bertumpuk sehingga menyerupai dinding. Ternyata, banyak yang tertarik dengan idenya tersebut. Hingga sekarang, ada orang yang menggunakan konsep itu. "Itu murni ide dari saya demi mendapatkan nuansa go green," imbuhnya seraya menunjukkan foto stan pameran yang dia buat.


James juga sering mengajak pengantin atau pihak yang berulang tahun untuk ikut kampanye. Mereka tidak keberatan difoto dengan berbagai tulisan yang membangkitkan kepedulian pada lingkungan. Misalnya, Protect Our Sea, Save Energy, hingga pesan Reuse, Reduce, Recycle. "Paling penting mengedukasi karena go green tidak bisa dilakukan satu orang, tapi harus banyak orang," imbuhnya.

Rupanya, edukasi yang dilakukan James cukup berhasil. Banyak teman kerjanya yang mulai mengubah gaya hidup. Awalnya, mereka menggunakan botol air mineral untuk bekal minum, sekarang sudah memakai tumblr. Bahkan, ada klien yang setuju dekorasi dengan meminimalkan bahan dari plastik. Misalnya bunga dari plastik diganti bunga asli dan lainnya.

James mendapat inspirasi untuk concern pada go green sejak 2011. Yakni, kala dia mengikuti perlombaan yang diadakan produk susu. Saat menjadi finalis dan menjalani karantina, dia dikenalkan pada konsep go green. Bahkan, hidupnya kala itu benar-benar go green banget. Hingga akhirnya dia jatuh cinta dan ingin menyebarkan kepada banyak orang.

(diliput oleh Maya Apriliani. Ditayangkan di harian Jawa Pos - Metropolis halaman 21 hari Minggu, 11 Agustus 2013.)